Mencuci Miss V Bisa Berbahaya?
PENELITIAN baru
menambahkan alasan lain mengapa perempuan harus mempertimbangkan kembali
douching. Douching yang didefinisikan sebagai mencuci vagina dengan air
sangat tidak dianjurkan oleh kelompok medis, termasuk Departemen
Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan (HHS).
Para ahli medis mengatakan douching bisa
menyebabkan masalah, dari infeksi hingga memiliki kesulitan hamil
nanti. Kini, sebuah studi baru yang diterbitkan dalam jurnal
Environmental Health menemukan bahwa wanita yang melakukan douche bisa
menempatkan diri mereka pada risiko lebih besar untuk paparan bahan
kimia berbahaya yang disebut phthalates, yang dikatakan mengganggu
hormon tubuh.
Mencuci vagina di kamar mandi adalah
tidak sama dengan douching. Seringkali wanita menggunakan campuran
kemasan yang dijual di toko-toko yang berisi air dicampur dengan
bahan-bahan seperti cuka, baking soda atau yodium.
Mereka kemudian menyemprotkan douche
melalui tabung ke dalam vagina yang bisa mengganggu bakteri sehat di
vagina serta keasaman alami. Jika wanita telah memiliki infeksi atau
penyakit menular seksual, douching bisa mendorong bakteri ke dalam
rahim, ovarium dan tuba falopi, dimana bisa menyebabkan masalah
kesehatan yang serius.
Para penulis penelitian melaporkan bahwa
phthalates bisa ditemukan dalam berbagai produk perawatan pribadi yang
disebut dietil ftalat (DEP), ditemukan dalam item seperti douche atau
tampon.
Dengan menilai penggunaan douching dan
sampel urin, para peneliti menemukan bahwa dibandingkan dengan wanita
yang tidak melakukan douche, wanita yang melakukan douching memiliki
tingkat 52 persen lebih tinggi dari konsentrasi urin dari metabolit dari
DEP.
"Sudah ada alasan untuk khawatir tentang
praktik ini. Sekarang mungkin ada lebih alasan untuk khawatir karena
bahan kimia ini (phthalate) masuk tubuh perempuan," kata penulis studi
Ami Zota, seperti dilansir laman Health, Selasa (28/7).
Zota mengatakan data yang terkait bahan kimia phthalate untuk berbagai hasil kesehatan.
"Ini termasuk masalah reproduksi pria
dan wanita serta masalah perilaku dan perkembangan pada bayi akibat
paparan phthalate dalam rahim," katanya.
Para peneliti mengatakan ini adalah
salah satu studi pertama yang melihat hubungan antara produk perawatan
feminin dan eksposur kimia dalam tubuh manusia.